Kemampuan yang dmiliki anak Francis
dan Domisia sungguh menakjubkan. Anak kecil ini bukan hanya telah
mengerjakan shalat lima waktu ketika ia masih sangat kecil, ia juga
mempunyai banyak keajaiban yang membuat orang-orang yang melihatnya
berdecak kagum dan hampir tak percaya. Seiring berjalannya waktu, anak
ini benar-benar telah memberikan banyak sekali karunia dalam kehidupan
Francis dan Domisia. Berbagai karunia keajaiban yang dimilikinya juga
menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah untuk umat Islam agar keimanan
mereka makin teguh kepada Allah swt sebagaimana firman-Nya:
إن فى خلق السموت والأرض واختلاف الليل والفلك التى تجري فى البحر بما ينفع
الناس وما أنزل الله من السماء من ماء فأحيا به الأرض بعد موتها وبث فيها
من كل دابة وتصريف الرياح والسحاب المسخر بين السماء والأرض لآيات لقوم
يعقلون
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Qs al-Baqoroh: 164)
Sebelum dijelaskan keajaiban anak kecil ini yang merupakan tanda nyata
kebesaran Allah swt, terutama dalam kemampuannya menghafal al-Qur'an
ketika usianya masih sangat bayi ada baiknya kalau kita kisahkan
terlebih dahulu bagaimana proses yang dialami oleh salah satu dari
ribuan muslim yang ketika kecil sudah mampu menghafal al-Qur'an. Kita
ambil perbandingan dari seorang anak kecil dari Iran yang telah hafal
al-Qur'an dan memahami maknanya ketika umurnya baru lima tahun.
Bagaimana proses anak ini dibentuk? Sejauh mana peran orangtua dalam
menjadikan dirinya sebagai hafizh al-Qur'an? Hal ini sangatlah penting
bagi saya (penulis) untuk membandingkan agar Anda semua memahami, apakah
sama dengan apa yang terjadi pada Syarifuddin Khalifah dengan apa yang
dialami Hussein?
Muhammad Mahdi Tabtaba'i, ayahanda dari Muhammad Hussein Tabtaba'i sang
penghafal cilik atau juga disebut Doctor Cilik, mengatakan bahwa Hussein
secara teratur setiap harinya mengulang-ulang pelajaran al-Qur'an yang
diberikan oleh kedua orangtuanya. Bahkan setelah berhasil menghafal
al-Qur'an pun dia secara teratur membaca satu halaman buku tafsir
al-Qur'an setiap harinya.
Ayahanda Hussein menceritakan, "Sebelum kelahiran Muhammad Hussein, saya
dan ibunya bertekad untuk menghafal al-Qur'an bersama-sama. Selama
hamil dan proses menyusui, ibunya dalam sehari membaca minimal satu juz
al-Qur'an." Menurut para ahli psikologi, mereka menyatakan bahwa jika
pada kehamilan seorang ibu memperdengarkan musik atau membaca buku saja
itu akan memberikan pengaruh positif pada anak. Bagaimanakah halnya
apabila seorang anak, selama masa kehamilannya senantiasa diperdengarkan
ayat-ayat suci al-Qur'an. Tentu saja, membaca al-Qur'an kepada bayi
pasti akan memberikan pengaruh positif yang lebih besar lagi, mengingat
bahwa Al-Qur'an adalah kalam ilahi dan petunjuk hidup yang paling
sempurna.
Menurut teori, bayi dalam perut ibu sejak lima bulan sudah bisa
mendengarkan suara ibunya. Karena itu jika ibu dalam masa kehamilan dan
masa menyusui akan lebih baik lagi apabila secara teratur membacakan
hal-hal khusus kepada anak, misalnya ayat suci al-Qur'an. Karena
pengaruh dari apa yang didengarnya itu kelak akan mempengaruhi proses
berpikirnya ketika anak ini kelak mulai belajar. Karenanya, ada
keterkaitan erat antara perilaku seorang anak dengan apa yang diberikan
oleh ibunya sejak masa-masa di mana anak ini masih berada dalam
kandungan.
Ibunda Hussein sendiri mengatakan bahwa selama kehamilan dirinya
senantiasa berdoa kepada Allah agar dikaruniakan anak yang shaleh dan
pintar. "Ketika Hussein lahir, saya selalu berwudhu sebelum menyusuinya.
Saya juga sangat rajin ke masjid dan membaca al-Qur'an. Selama hamil
saya selalu berusaha menghafal, membaca dan memahami al-Qur'an. Ketika
saya sedang menyusuinya saya juga selalu membaca al-Qur'an untuknya. Di
samping, saya juga mengajaknya ke kelas-kelas al-Qur'an di mana saya
menjadi pengajarnya. Saya meyakini bahwa segala kegiatan saya yang
terkait erat dengan Al-Qur'an telah memberi pengaruh besar kepada
Hussein. Selain itu, saya juga menjauhi acara-acara yang diisi dengan
musik tidak Islami, bercampur dengan laki-laki yang bukan muhrim, dan
berbagai bentuk perilaku tidak Islami lainnya. Karena perilaku tidak
Islami akan mengeraskan hati kita nantinya."
Berbeda halnya dengan Hussein, Syarifuddin Khalifah sama sekali tidak
pernah belajar al-Qur'an. Dia juga tidak pernah memasuki sekolah
Al-Qur'an. Tentu saja karena dia anak dari seorang penganut Kristiani.
Syarifuddin tidak pernah mendengarkan bacaan ayat suci al-Qur'an dari
kedua orangtuanya. Mungkin kita semua akan bertanya, lalu bagaimana
mungkin seseorang tanpa pernah belajar al-Qur'an atau dilatih menghafal
al-Quran tepat ketika umurnya 1,5 tahun anak ini sudah mampu menghafal
bahkan bukan hanya al-Qur'an namun dia juga mampu menghafal Injil dengan
baik?
Menurut hemat saya, apa yang terjadi pada Syarifuddin sangatlah berbeda
dengan apa yang terjadi pada Hussein. Hussein menghafal al-Qur'an dan
memahami maknanya dengan proses yang sangat displin, proses yang
mendukung baik dari lingkungannya sendiri maupun keluarganya. Alhasil
apa yang dilakukan oleh Hussein adalah proses ikhtiar manusia biasa yang
sangat mungkin dilakukan oleh kita. Akan tetapi, apa yang terjadi pada
Syarifuddin Khalifah sungguh sangatlah berbeda, sebagian orang meyakini
bahwa ilmu yang dimiliki oleh Syarifuddin Khalifah adalah ilmu laduni,
semua ilmu yang merupakan anugerah dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya
yang dikehendakinya tanpa melalui proses belajar.
Apa itu ilmu laduni? Ilmu laduni adalah ilmu yang langka dan tidak semua
orang mengenalnya. Ilmu laduni merupakan ilmu unik yang diberikan
langsung dari Allah SWT kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Seseorang yang
dipilih untuk mendapat ilmu laduni akan dijaga, diberi pelajaran,
sekaligus dibimbing dalam kehidupan menuju keridhaan-Nya, diberi
kemudahan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa harus
mempelajarinya terlebih dahulu, diberi kelebihan yang dapat membantu
orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.
Ilmu laduni bukanlah khayalan. Ilmu Laduni telah banyak diulas dalam
al-Qur'an, seperti pada contoh kisah seorang hamba yang shaleh yang
hidup pada masa Nabi Musa AS bernama syekh Khidir atau populer dengan
sebutan Nabi Khidir, dia memiliki ilmu laduni, sehingga Allah menyuruh
Musa untuk berguru kepadanya. Nabi Khidir ini dianugerahi kemampuuan
untuk melihat suatu kejadian sebelum kejadian tersebut terjadi, yang
terkadang akal manusia tidak mampu menjangkaunya.
Ilmu Laduni ini sendiri memang terdapat banyak sekali keanehan, mulai
dari proses mendapatkanya, orang yang dipilih Allah swt untuk
mendapatkannya, karakter orang pilihan tersebut serta proses
penggemblengan dari ilmu itu.
Ilmu Ladunia terdiri dari dua kata dalam Bahasa Arab "Ilmu" dan
"Laduni". Kata ilmu (sciense) sering dibedakan dengan pengetahuan
(knowledge), dalam bahasa Yunani ilmu identik dengan kata episteme
(ma'rifiyyah) yang artinya teori pengetahuan dengan pembahasan detail
mengenai apa, bagaimana, di mana dan kapan sesuatu itu terjadi.
Sedangkan kata "Laduni" menurut Imam Raghib Al-Ashfahany lebih
dikhususkan pada arti 'sisi' atau 'samping'. Jadi, definisi ilmu laduni
menurut epistemologi atau makna bahasa adalah ilmu pengetahuan yang
datang dari sisi Allah yang diberikan kepada manusia. Namun, oleh
sebagian orang pengertian ini ditolak karena ilmu laduni sangat
ditentukan dan didasari oleh pengalaman batin yang secara khusus
diberikan Allah kepada hamba yang dicintai-Nya, waliyyullah, dan
mahbubillah. Dan mungkin saja syekh Syarifuddin adalah salah satu hamba
Allah yang dipilih oleh-Nya untuk mendapatkan kemuliaan itu, hanya Allah
yang mengetahuinya.
Wallahu A'lam bish-Showab
(Disadur dari buku "Mukjizat dari Afrika "Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang" Syarifuddin Khalifah, oleh Mujahidin Nur, Penerbit Zaytuna)
0 comments:
Post a Comment