Sabangkota.com | Tak mampu menahan rasa trauma, seorang perempuan pingsan saat mengikuti
tsunami drill yang dilakukan oleh Badan penanggulangan Bencana Aceh,
Minggu (26/10/2014). BPBA menggelar tsunami drill sekaligus menguji
sirine tsunami di enam titik di Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Minggu
pagi, tiba-tiba suara sirene lantang terdengar tanda peringatan air laut
diperkirakan naik. Suara itu membuat warga bergegas meninggalkan rumah
mereka dan mencapai gedung penyelamatan terdekat. Mereka pun berlarian,
teriakan sahut menyahut terdengar.
Inilah suasana Desa Blang Oi, Banda Aceh, desa yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari bibir pantai Ulhe Lheu Banda Aceh. Ini bukan bencana tsunami sebenarnya, Minggu (26/10/2014) Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan Pemerintah Aceh, menggelar tsunami drill bagi masyarakat di Banda Aceh dan sekitarnya.
“Selain terus meningkatkan kewaspadaan masyarakat, kita juga menguji keaktifan sirine tsunami, agar setiap saat diperlukan sirine ini bisa berfungsi dengan baik,” ungkap Kepala BPBA, Said Rasul, Minggu (26/10/2014).
Tepat pukul 10.00 wib, sirene pun berbunyi dan member tanda bahwa ini adalah sirine simulasi. Kendati hanya simulasi, bagi Jalina (50) warga Desa Lampulo Banda Aceh, tetap merasa panik dan cemas. Bayangan bencana dahsyat 10 tahun silam kembali berlayar dibenaknya, dan ia pun berteriak kencang sambil terus menaiki tangga gedung penyelamatan (Escape bulding) yang berlokasi di Desa Deah Gelumpang Banda Aceh.
“Sebelumnya sudah disampaikan kalau ini simulasi dan latihan, makanya kami diminta datang ke gedung ini untuk melatih kewaspadaan, namun saya masih trauma, saya kehilangan ibu dan anak saat musibah itu,” ujar Jalina.
Tak hanya Jalina, sejumlah warga yang mengikuti simulasi ini pun terlihat pias wajahnya. Anak-anak kecil pun menangis kencang. Senada dengan itu, Azhariyanto (40) warga Desa Blang Oi, juga mengaku warga masih belum mampu menghapus duka 10 tahun lalu.
“Namun demikian, kini warga sudah bisa meningkatkan kewaspadaan mereka untuk menghadapi siaga bencana,” katanya.
Latihan siaga bencana ini, lanjut Azhariyanto, bukan baru pertama kali dilakukan, dan diharapkan dengan adanya tsunami drill yang dilaksanakan setiap tahun ini, bisa terus meningkatkan kewaspadaan warga yang tinggal didaerah rawan bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sebelumnya sudah menghimbau masyarakat tidak perlu panik dan takut ketika mendengar bunyi sirine tsunami, karena bunyi sirine ini hanya bahagian dari simulasi untuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi jika terjadi bencana tsunami.
Inilah suasana Desa Blang Oi, Banda Aceh, desa yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari bibir pantai Ulhe Lheu Banda Aceh. Ini bukan bencana tsunami sebenarnya, Minggu (26/10/2014) Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan Pemerintah Aceh, menggelar tsunami drill bagi masyarakat di Banda Aceh dan sekitarnya.
“Selain terus meningkatkan kewaspadaan masyarakat, kita juga menguji keaktifan sirine tsunami, agar setiap saat diperlukan sirine ini bisa berfungsi dengan baik,” ungkap Kepala BPBA, Said Rasul, Minggu (26/10/2014).
Tepat pukul 10.00 wib, sirene pun berbunyi dan member tanda bahwa ini adalah sirine simulasi. Kendati hanya simulasi, bagi Jalina (50) warga Desa Lampulo Banda Aceh, tetap merasa panik dan cemas. Bayangan bencana dahsyat 10 tahun silam kembali berlayar dibenaknya, dan ia pun berteriak kencang sambil terus menaiki tangga gedung penyelamatan (Escape bulding) yang berlokasi di Desa Deah Gelumpang Banda Aceh.
“Sebelumnya sudah disampaikan kalau ini simulasi dan latihan, makanya kami diminta datang ke gedung ini untuk melatih kewaspadaan, namun saya masih trauma, saya kehilangan ibu dan anak saat musibah itu,” ujar Jalina.
Tak hanya Jalina, sejumlah warga yang mengikuti simulasi ini pun terlihat pias wajahnya. Anak-anak kecil pun menangis kencang. Senada dengan itu, Azhariyanto (40) warga Desa Blang Oi, juga mengaku warga masih belum mampu menghapus duka 10 tahun lalu.
“Namun demikian, kini warga sudah bisa meningkatkan kewaspadaan mereka untuk menghadapi siaga bencana,” katanya.
Latihan siaga bencana ini, lanjut Azhariyanto, bukan baru pertama kali dilakukan, dan diharapkan dengan adanya tsunami drill yang dilaksanakan setiap tahun ini, bisa terus meningkatkan kewaspadaan warga yang tinggal didaerah rawan bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sebelumnya sudah menghimbau masyarakat tidak perlu panik dan takut ketika mendengar bunyi sirine tsunami, karena bunyi sirine ini hanya bahagian dari simulasi untuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi jika terjadi bencana tsunami.
Kepala BPBA Said Rasul mengatakan,
simulasi evakuasi tsunami melibatkan 100 orang relawan dari TNI, Polri
dan RAPI. Sebanyak 300 masyarakat di enam titik sirine tsunami juga akan
melakukan simulasi menyelamatkan diri saat dilanda tsunami.
Adapun
titik sirine tsunami yang dibunyikan berada di Kantor Gubernur Aceh,
Desa Lampulo Kecamatan Kuta Alam, Desa Blang Oi Kecamatan Meuraxa.
Sementara di Kabupaten Aceh Besar yaitu Desa Kajhu, Lhoknga dan Lam awe.
BPBA telah melakukan koordinasi dengan pemerintah Kota Banda Aceh dan
Kabupaten Aceh Besar untuk mensosialisasikan simulasi tersebut hingga ke
tingkat gampong agar masyarakat tidak panik. Sirene peringatan tsunami
ini merupakan bantuan Pemerintah Prancis untuk Aceh paska tsunami 2004
lalu. Bunyi sirine yang dihasilkan mampu menjangkau radius 2,5 kilometer
dari lokasi tower. ( Sumber : kompas.com )
0 comments:
Post a Comment